Langsung ke konten utama

ST2013: Pastikan Anda Terdata

Dalam penutupan acara Pelatihan Instruktur Nasional Pencahahan Lengkap Sensus Pertanian 2013 (ST2013) di Jakarta, Jumat (23/11), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Suryamin, menyebutkan bahwa hasil ST2013 selain akan digunakan oleh para perumus dan pengambil kebijakan terkait pembangunan di sektor pertanian, juga akan digunakan oleh berbagai institusi pendidikan (universitas) sebagai bahan kajian yang sangat berharga. 

Data yang dihasilkan nantinya dapat diakses dan dimanfaatkan para mahasiswa pascasarjana (program magister dan doctoral) di bidang pertanian dalam penulisan tesis atau disertasi sehingga dapat diperoleh rekomendasi-rekomendasi penting bagi pembangunan sektor pertanian dalam sepuluh tahun ke depan. Karena itu, ST2013 dipatok harus menghasilkan data pertanian yang akurat.

Jika dibandingkan dengan sensus-sensus pertanian yang telah dihelat sebelumnya, apa yang disampaikan Kepala BPS di atas, boleh dibilang, merupakan terobosan baru -selain penyempurnaan metodologi dan perluasan varian data yang dikumpulkan- terkait optimalisasi pemanfaatan output sensus pertanian di ruang publik. Dan memang sudah seperti itu galibnya, mengingat sensus yang dihelat sepuluh tahun sekali untuk memotret gambaran sektor pertanian secara luas itu (mencakup subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) bakal menghabiskan uang negara yang tidak sedikit, sekitar 1,4 triliun rupiah. Tentu teramat sayang jika hasil sensus yang telah menalan biaya yang cukup mahal itu hanya berakhir sebagai deretan digit-digit angka.

Pastikan Anda dihitung
Faktual, hingga saat ini sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor kunci (leading sector) dalam perekonomian. Donasinya terhadap pembentukan output nasional (produk domestik bruto) menempati posisi kedua setelah industri manufaktur, yakni sebesar 14,7 persen di tahun 2011. Sektor pertanian juga masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja (36,5 persen), khususnya di daerah perdesaan yang merupakan kantong kemiskinan negeri ini–63 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan (rural) yang merupakan konsentrasi usaha pertanian. BPS mencatat, pada Maret 2011, rumah tangga miskin dengan sumber penghasilan utama dari sektor pertanian mencapai 71,26 persen. 

Karena itu, keberadaan sektor pertanian yang tangguh sebagai salah satu kunci utama keberhasilan pengentasan kemiskinan di negeri ini merupakan tesis yang tak terbantahkan. Pemerintah harus fokus dan mengarahkan perhatian yang lebih pada pembangunan sektor pertanian perdesaan. Rumusnya sederhana, jika kondisi kesejahteraan mereka yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, yakni para petani dan buruh tani semakin baik, dapat dipastikan jumlah penduduk miskin di negeri ini akan berkurang secara signifikan. 

Dalam pada itu, pembangunan sektor pertanian yang tangguh membutuhkan ketersediaan data-data yang lengkap, akurat, dan terkini agar perumusan kebijakan yang bakal dieksekusi benar-benar fokus lagi tajam. Dan, pelaksanaan ST2013 merupakan momentum untuk memenuhi kebetuhan akan data-data tersebut. ST2013 akan menyisir seluruh rumah tangga, perusahaan berbadan hukum, dan lembaga non-rumah tangga (pesantren, seminari, dan kelompok usaha bersama) yang mengelola usaha pertanian dan melakukan usaha jasa pertanian untuk dikumpulkan informasinya. Sensus akan dilakukan pada tanggal 1-30 Mei 2013 secara serentak di seluruh Indonesia, mencakup 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, dan 77.114 desa/kelurahan.

Dari ST2013 akan diperoleh data yang lengkap dan terkini mengenai usaha pertanian, rumah tangga petani gurem (penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar), komoditas pertanian, serta distribusi penguasaan dan pengusahaan lahan. Data ini juga dapat menjadi benchmark bagi BPS dalam pelaksanaan berbagai survei lanjutan untuk memotret kondisi sektor pertanian pada setiap subsektor secara lebih mendalam, seperti Survei Pendapatan Rumah Tangga Pertanian untuk mengetahui besarnya pendapatan dan struktur pendatapatan yang diterima oleh setiap rumah tangga tani, serta Survei Struktur Ongkos Usaha Tani untuk mengetahui gambaran mengenai besarnya biaya dan struktur biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga pertanian dalam menjalankan usaha pertanian.

Saat ini, segenap persiapan tengah dilakukan dan dimatangkan. Partisipasi dan dukungan semua pihak yang bersinggungan dengan ST2013 tentu juga amat diharapkan, baik para pemangku kepentingan (stakeholders) maupun petani sebagai sumber informasi. Kesuksesan ST2013 akan sangat menentukan arah pembangunan sektor pertanian–setidaknya dalam sepuluh tahun ke depan–guna mewujudkan masa depan petani yang lebih baik. Karena itu, jika Anda petani (mengelola usaha pertanian atau memiliki usaha jasa pertanian), pastikan Anda dihitung pada tanggal 1-30 Mei 2013 nanti.(*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisakah R2 (baca: R kuadrat) Bernilai Negatif?

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kecocokan hasil estimasi sebuah model regresi linier dengan data yang dimodelkan, atau biasa disebut ukuran goodness of fit dari sebuah model regresi linier. Dengan lain perkataan, R2 menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sebenarnya atau seberapa besar proporsi variasi variabel respon yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Ukuran ini dapat digunakan jika semua asumsi terkait residual telah terpenuhi. Bisakah R2 Bernilai Negatif? Pada dasarnya, R2 tidak pernah bernilai negatif, kecuali model regresi yang digunakan tanpa intersep. Jika model regresi yang digunakan tanpa intersep, maka R2 tidak bermakna meskipun bernilai positif. Kelemahan mendasar dari  R2 adalah nilainya yang selalu bertambah ketika dilakukan penambahan variabel bebas ke dalam model, meskipun variabel tersebut tidak begitu penting dalam menjelaskan variabel respon (tidak signifikan). Untuk mengatasi hal ini digunakan R

Kesalahan Spesifikasi Model: Penyebab dan Solusi

Dalam ekonometrika, ketika kita bekerja dengan model-model struktural, yakni model dimana hubungan antara variabel dalam model didasarkan pada suatu kerangka teori ekonomi, keselahan spesifikasi model kerap kali terjadi. Hal ini merupakan masalah serius yang sering terjadi pada penelitian yang menggunakan model ekonometrik, khususnya regresi, sebagai  alat analisis. Kesalahan spesifikasi menyebabkan model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis karena dapat menyesatkan ( misleading ). Sedikitnya,  ada dua gejala yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kalau model yang kita gunakan mengalami kesalahan spesifikasi. Dua gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1.   Hasil running model menunjukkan tanda koefisien regresi yang merepresentasikan arah hubungan antara variabel  penjelas dan variabel respon berseberangan atau tidak sesuai dengan teori.  Meski tidak selalu merupakan gejala terjadinya kesalahan spesifikasi, kehadiran gejala ini me

Di Balik Penurunan Jumlah Petani Gurem

Hingga kini, kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ditengarai, salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Alhasil, kesejahteraan pun begitu sulit direngkuh. Kemarin (2 Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah petani gurem hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (disingkat ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga