Langsung ke konten utama

Bisakah R2 (baca: R kuadrat) Bernilai Negatif?

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kecocokan hasil estimasi sebuah model regresi linier dengan data yang dimodelkan, atau biasa disebut ukuran goodness of fit dari sebuah model regresi linier. Dengan lain perkataan, R2 menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sebenarnya atau seberapa besar proporsi variasi variabel respon yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Ukuran ini dapat digunakan jika semua asumsi terkait residual telah terpenuhi.

Bisakah R2 Bernilai Negatif?
Pada dasarnya, R2 tidak pernah bernilai negatif, kecuali model regresi yang digunakan tanpa intersep. Jika model regresi yang digunakan tanpa intersep, maka R2 tidak bermakna meskipun bernilai positif.

Kelemahan mendasar dari  R2 adalah nilainya yang selalu bertambah ketika dilakukan penambahan variabel bebas ke dalam model, meskipun variabel tersebut tidak begitu penting dalam menjelaskan variabel respon (tidak signifikan). Untuk mengatasi hal ini digunakan R2 yang telah disesuaikan (R2  Adjusted). Ukuran yang baru ini tidak terpengaruh oleh  penambahan variabel bebas, kecuali jika variabel bebas tersebut signifikan secara statistik.

Berbeda dengan R2 , R2  Adjusted bisa bernilai negatif. Mengapa demikian? Dengan mengambil contoh pada kasus regresi data panel, berikut adalah penjelasannya:

Formula yang digunakan dalam penghitungan R2  Adjusted pada regresi dengan menggunakan data panel adalah

                             R2  Adjusted = 1- (1- R2)*((nT - 1)/(nT-k-n));

dimana n=jumlah cross-section, T=jumlah periode waktu, k=jumlah parameter dalam model tanpa intersep.

Dari formula di atas terlihat jelas bahwa nilai R2  Adjusted  bisa negatif jika nilai R2  terlalu kecil dan pada saat yang sama rasio antara (nT-1) dan (nT-k-n) cukup besar, yakni lebih dari 1. Besarnya rasio (nT-1) dan (nT-k-n) dapat disebabkan karena jumlah observasi yang terlalu kecil  dan pada saat  bersamaan jumlah variabel yang diikutkan dalam model cukup banyak (jumlah parameter yang diestimasi cukup banyak).

Apa Yang Harus Dilakukan Ketika R2  Adjusted Negatif?
R2  Adjusted yang bernilai negatif merupakan indikasi bahwa persamaan regresi yang dihasilkan jelek (poor) dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis. Biasanya, ketika R2  Adjusted bernilai negatif semua variabel penjelas juga tidak signifikan secara statistik. Terus apa yang harus dilakukan jika hal ini terjadi? Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan:

  1. Menambah jumlah observasi. Untuk regresi dengan data panel, penambahan sebaiknya   dilakukan  terhadap jumlah cross-section bukan periode waktu, karena semakin banyak periode waktu yang digunakan (lebih besar dari 4) biasanya akan terjadi serial correlation pada residual. Selain itu, kita akan terjebak pada situasi apakah akan menggunakan panel unit root atau tidak.
  2. Mengganti variabel penjelas yang tidak signfikan dengan variabel penjelas baru yang signifikan (kerangka teori harus diperhatikan jika model adalah struktural).
  3. Melakukan transformasi double log.

Komentar

  1. apakah penelitian yang adjust r square negatif layak di publish?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesalahan Spesifikasi Model: Penyebab dan Solusi

Dalam ekonometrika, ketika kita bekerja dengan model-model struktural, yakni model dimana hubungan antara variabel dalam model didasarkan pada suatu kerangka teori ekonomi, keselahan spesifikasi model kerap kali terjadi. Hal ini merupakan masalah serius yang sering terjadi pada penelitian yang menggunakan model ekonometrik, khususnya regresi, sebagai  alat analisis. Kesalahan spesifikasi menyebabkan model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis karena dapat menyesatkan ( misleading ). Sedikitnya,  ada dua gejala yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kalau model yang kita gunakan mengalami kesalahan spesifikasi. Dua gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1.   Hasil running model menunjukkan tanda koefisien regresi yang merepresentasikan arah hubungan antara variabel  penjelas dan variabel respon berseberangan atau tidak sesuai dengan teori.  Meski tidak selalu merupakan gejala terjadinya kesalahan spesifikasi, kehadiran gejala ini me

Di Balik Penurunan Jumlah Petani Gurem

Hingga kini, kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ditengarai, salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Alhasil, kesejahteraan pun begitu sulit direngkuh. Kemarin (2 Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah petani gurem hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (disingkat ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga