Langsung ke konten utama

Romario "Sang Kapten"


Orang bilang, salah satu cara terbaik melawan lupa adalah dengan menulis. Tulisan ini tentang pengalaman masa kecil yang sedikit samar. Semoga menarik untuk dibaca.

Sekitar tahun 1994, saat masih kelas dua sekolah dasar (SD), saya begitu jatuh cinta pada tim nasional sepak bola Brasil. Maklum, kala itu mereka baru saja menjuarai Piala Dunia yang dihelat di Amerika Serikat setelah menumbangkan Italia di babak final melalui drama adu pinalti. Seingat saya, Brasil menjadi kampium untuk yang keempat kalinya setelah sepakan Roberto Bagio gagal menggoyang jala Claudio Taffarel. Sungguh final yang dramatis.

Duo maut “Tim Samba” di lini depan, Bebeto dan Romario sontak menjadi idola anak-anak lelaki di kampung saya kala itu. Saya sendiri termasuk yang sangat mengidolakan keduanya. Yang paling berkesan dari Bebeto adalah selebrasinya kala menjebol gawang lawan. Kawan yang melewati masa-masa itu tentu ingat bagaimana Bebeto menggoyang-goyangkan kedua tangannya, mirip gerakan orang yang sedang menggendong bayi, tiap usai menjebol gawang lawan.

Bebeto dengan selebrasi khasnya.
Sementara Romario, meskipun bertubuh mungil, pemain dengan nama lengkap Romário Souza Faria itu gerakannya sangat lincah, gesit, cepat, dan licin. Pergerakannya di lini depan adalah teror mematikan bagi setiap pemain bertahan lawan. Dia mirip Pele, legenda Brasil yang fenomenal itu.

Saking ngefansnya pada sosok Romario dan Bebeto, berbekal bollpoint merek PILOT bertinta hitam, saya menuliskan nama keduanya pada dua lembar baju kaos berwarna kuning yang saya kenakan sehari-hari, lengkap dengan nomor punggung keduanya. 

Salah satu baju kaos tersebut masih tersimpan hingga sekarang. Pada bagian depannnya, ada tulisan angka sepuluh. Di bagian belakang juga sama, ada tulisan angka sepuluh lengkap dengan nama pemain Brasil idola saya Romario. Saat pulang kampung, saya selalu melihat-lihat kembali tulisan di kaos tersebut. 

Hahaha...inilah koas yang bertuliskan Kapten R.MARIO itu. Tak terasa tulisan tersebut sudah berumur sekitar 18 tahun.

Saya selalu tertawa sendiri kala memandanginya. Bukan karena angka nol yang lebih mirip kue donat itu, bukan. Bagi semua orang yang tahu sejarah sepak bola, tulisan  “KAPTEN R.MARIO 10” tentu sangat menggelikkan karena kapten timnas Brasil di Piala Dunia 1994 tentu saja bukanlah Romario, tetapi Carlos Dunga…hahahaha. 

Romaria dan Kapten Timnas Brasil (yang benar) Carlos Dunga...hahahaha
Meskipun tulisannya jelas salah, saya tetap saja bangga mengenakannya kala itu. Tentu saja karena saya tidak tahu itu sebuah kesalahan. Dengan mengenakkannya, saya menjadi percaya diri  dan merasa seperti Romario kala bermain bola meskipun itu dilakukan di lapangan tanah dengan bertelanjang kaki.…hehehe. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisakah R2 (baca: R kuadrat) Bernilai Negatif?

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kecocokan hasil estimasi sebuah model regresi linier dengan data yang dimodelkan, atau biasa disebut ukuran goodness of fit dari sebuah model regresi linier. Dengan lain perkataan, R2 menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sebenarnya atau seberapa besar proporsi variasi variabel respon yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Ukuran ini dapat digunakan jika semua asumsi terkait residual telah terpenuhi. Bisakah R2 Bernilai Negatif? Pada dasarnya, R2 tidak pernah bernilai negatif, kecuali model regresi yang digunakan tanpa intersep. Jika model regresi yang digunakan tanpa intersep, maka R2 tidak bermakna meskipun bernilai positif. Kelemahan mendasar dari  R2 adalah nilainya yang selalu bertambah ketika dilakukan penambahan variabel bebas ke dalam model, meskipun variabel tersebut tidak begitu penting dalam menjelaskan variabel respon (tidak signifikan). Untuk mengatasi hal ini digunakan R

Kesalahan Spesifikasi Model: Penyebab dan Solusi

Dalam ekonometrika, ketika kita bekerja dengan model-model struktural, yakni model dimana hubungan antara variabel dalam model didasarkan pada suatu kerangka teori ekonomi, keselahan spesifikasi model kerap kali terjadi. Hal ini merupakan masalah serius yang sering terjadi pada penelitian yang menggunakan model ekonometrik, khususnya regresi, sebagai  alat analisis. Kesalahan spesifikasi menyebabkan model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis karena dapat menyesatkan ( misleading ). Sedikitnya,  ada dua gejala yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kalau model yang kita gunakan mengalami kesalahan spesifikasi. Dua gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1.   Hasil running model menunjukkan tanda koefisien regresi yang merepresentasikan arah hubungan antara variabel  penjelas dan variabel respon berseberangan atau tidak sesuai dengan teori.  Meski tidak selalu merupakan gejala terjadinya kesalahan spesifikasi, kehadiran gejala ini me

Di Balik Penurunan Jumlah Petani Gurem

Hingga kini, kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ditengarai, salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Alhasil, kesejahteraan pun begitu sulit direngkuh. Kemarin (2 Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah petani gurem hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (disingkat ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga