Langsung ke konten utama

Biar Singkat yang Penting Top

Salah satu fakta menarik di STIS selama tiga tahun terakhir (estimasi) adalah mahasiswa lelaki asal Sulawesi memiliki nama yang singkat, mungkin paling singkat sepanjang sejarah AIS/STIS yang sudah eksis sejak dekade 50 an dalam menempa para calon statistisi. Di angkatan saya (48), ada nama Takdir dan Kadir. Saya ingat betul kala prosesi wisuda (pindah kuncir) angkatan saya, aula STIS bergemuruh oleh tawa para tetamu ketika nama kedua orang itu dipanggil ke podium untuk dipindahkan kuncirnya. Di angkatan 49, ada lagi kawan asal Sulawesi yang lebih singkat namanya, hanya empat haruf, tak lebih. Rais, demikian nama kawan asal Makassar yang perawakannya, mungkin juga jiwa kepemimpinannya, mirip Anis Matta itu.


Sebetulnya, mahasiswa lelaki asal Sulawesi dengan nama singkat di STIS hanya segelintir. Karena segilintir, secara statistik, mereka tidak mewakili populasi mahasiswa STIS asal Sulawesi. Dengan lain perkataan, tidak valid kalau kita menarik konklusi bahwa mahasiswa lelaki asal Sulawesi di STIS namanya singkat-singkat. Namun, entah mengapa, apa yang tertanam dalam benak kawan-kawan STIS yang lain, khususnya angkatan saya, adalah negasinya. Saat kuliah dulu, pertanyaan perihal kenapa mahasiswa STIS asal Sulawesi namanya singkat-singkat kerap dilayangkan kepada saya. Saya jawab: nampaknya itu dilatarbelakangi oleh karakter orang Sulawesi yang simpel dan tak suka basa-basi atau berpanjang kata dalam mengungkapkan sesuatu. Jawaban ini murni karangan saya yang terkenal sok tahu. Entah benar atau tidak. Sebagai contoh, di Sulawesi, kalimat tanya “kau pergi ke mana?” lazim disingkat “kopi mana”, begitupula dengan jawabannya “saya pergi ke kantor”, juga lazim disingkat “sapi kantor”. Begitulah bahasa Indonesia singkat versi orang Sulawesi. Tentu rada aneh bagi mereka yang non-Sulawesi. Pada dua kalimat di atas orang mungkin akan mengira yang diperbincangkan adalah soal secangkir kopi yang belum tersaji dan seekor sapi yang ngantor....aneh.

Saya menduga, persepsi bahwa mahasiswa lelaki asal Sulawesi di STIS namanya singkat-singkat muncul karena jamaknya mahasiswa STIS yang menonjol – secara akademik –dan top diangkatannya namanya singkat....tidak termasuk penulis. Takdir yang jago programming itu, misalnya, adalah salah satu ikon di Jurusan Komputasi. Dia merupakan pesohor di ranah komputasi, yang terkenal karena penguasaannya terhadap salah satu bahasa pemrograman yang banyak digunakan di dunia 0-1 dewasa ini, JAVA. Begitupula dengan Rais yang menjadi ketua Praktik Kerja Lapangan (PKL) angkatan 49. Konon kabarnya, PKL angkatannya adalah salah satu yang terbaik dalam sejarah PKL di STIS. Ini tentu bisa terwujud karena kemampuan menajemen yang baik dan leadership yang kuat.

Karenanya, bagi Anda yang memiliki nama yang singkat, janganlah minder dan berkecil hati. Kesempatan untuk sukses dan menjadi top tetap terbuka buat Anda meskipun memiliki nama yang singkat. Bukankah, dua pemimpin besar negeri ini namanya singkat-singkat, Soekarno dan Soeharto –meskipun sedikit lebih panjang dari Takdir, Kadir, apalagi Rais. Bukankan orang lebih familiar dengan sebutan SBY dan JK untuk Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. (*)
Salam sesama pemilik nama singkat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisakah R2 (baca: R kuadrat) Bernilai Negatif?

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kecocokan hasil estimasi sebuah model regresi linier dengan data yang dimodelkan, atau biasa disebut ukuran goodness of fit dari sebuah model regresi linier. Dengan lain perkataan, R2 menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sebenarnya atau seberapa besar proporsi variasi variabel respon yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Ukuran ini dapat digunakan jika semua asumsi terkait residual telah terpenuhi. Bisakah R2 Bernilai Negatif? Pada dasarnya, R2 tidak pernah bernilai negatif, kecuali model regresi yang digunakan tanpa intersep. Jika model regresi yang digunakan tanpa intersep, maka R2 tidak bermakna meskipun bernilai positif. Kelemahan mendasar dari  R2 adalah nilainya yang selalu bertambah ketika dilakukan penambahan variabel bebas ke dalam model, meskipun variabel tersebut tidak begitu penting dalam menjelaskan variabel respon (tidak signifikan). Untuk mengatasi hal ini digunakan R

Kesalahan Spesifikasi Model: Penyebab dan Solusi

Dalam ekonometrika, ketika kita bekerja dengan model-model struktural, yakni model dimana hubungan antara variabel dalam model didasarkan pada suatu kerangka teori ekonomi, keselahan spesifikasi model kerap kali terjadi. Hal ini merupakan masalah serius yang sering terjadi pada penelitian yang menggunakan model ekonometrik, khususnya regresi, sebagai  alat analisis. Kesalahan spesifikasi menyebabkan model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis karena dapat menyesatkan ( misleading ). Sedikitnya,  ada dua gejala yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kalau model yang kita gunakan mengalami kesalahan spesifikasi. Dua gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1.   Hasil running model menunjukkan tanda koefisien regresi yang merepresentasikan arah hubungan antara variabel  penjelas dan variabel respon berseberangan atau tidak sesuai dengan teori.  Meski tidak selalu merupakan gejala terjadinya kesalahan spesifikasi, kehadiran gejala ini me

Di Balik Penurunan Jumlah Petani Gurem

Hingga kini, kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ditengarai, salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Alhasil, kesejahteraan pun begitu sulit direngkuh. Kemarin (2 Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah petani gurem hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (disingkat ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga