Kemarin, saat sedang rebahan selepas shalat Jumat, telepon di kamar saya, lantai tiga Hotel Ibis Mangga Dua, tiba-tiba berdering. Di ujung telepon, atasan saya, dengan suara yang sedikit panik, berucap," Dir, saya tunggu di lantai dasar, di depan ruang makan. Kita harus segera ke kantor (BPS, Pasar Baru). Kata Pak Direktur, ada kesalahan pada buku LBDSE edisi Mei 2012 yang harus segera diperbaiki." Saya langsung menjawab, "OK, bu", menutup telepon dan segera bergegas menuju ke lantai dasar.
Sorot wajah kepanikan nampak jelas di wajah atasan saya. Kesalahan yang terjadi memang bukan perkara remeh, lebih tepatnya sedikit fatal. Biar kujelaskan terlebih dahulu kepadamu kawan apa itu LBDSE. Setiap awal bulan BPS secara rutin mengeluarkan publikasi bertajuk Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, disingkat LBDSE. Publikasi berupa buku berukuran kecil itu merupakan kompilasi data-data strategis BPS yang telah dirilis secara periodik: bulanan, triwulanan, caturwulanan, dan tahunan.
Salah satu data strategis itu adalah data produksi padi yang menjadi tanggung jawab subdirektorat tempat saya bekerja (Subdirektorat Statistik Tanaman Pangan). Pada buku LBDSE edisi Mei terdapat kesalahan pada grafik perkembangan produksi padi 2009-2011. Angka produksi padi untuk tahun 2011 yang dimunculkan di grafik seharusnya angka sementara (ASEM) sebesar 65,74 juta ton, bukan angka ramalan III (ARAM III) sebesar 65,39 juta ton. Celakanya, setelah ditelisik, kesalahan ternyata juga terjadi pada buku edisi April, dan baru ketahuan pada edisi Mei. Lebih celakanya lagi, kedua buku tersebut sudah naik cetak dan beredar. Kalau beredarnya di lingkungan interen BPS mungkin tak mengapa. Tapi pasalnya, buku produk unggulan BPS itu telah dibagi-bagikan oleh Kepala BPS kepada para menteri dalam rapat kabinet yang terhormat.
Nampaknya, hal inilah yang menjadi sebab wajah atasan saya tampak muram di sepanjang perjalanan dari Mangga Dua menuju Pasar Baru. Sepanjang perjalanan menyusuri jalur kereta Sawah Besar-Juanda dengan bajai itu, atasan saya sepertinya tengah merenungi nasibnya yang bakal diseneni (diomeli) oleh Pak Direktur pada briefing rutin Senin nanti. Kuat dugaan saya, beliau bakal sulit tidur malam dalam tiga hari ke depan.
Itulah resiko seorang statistisi. Dia dituntut untuk senantiasa cermat dan teliti. Kesalahan memang adalah sesuatu yang menusiawi, tetapi dalam penyajian data statistik hal tersebut adalah sebuah aib dan sebisa mungkin tak boleh terjadi. Tanggung jawab di balik sebuah angka memang tidaklah ringan. Apalagi jika angka tersebut adalah data strategis.(*)
Komentar
Posting Komentar