Statistik Nilai Tukar Petani (NTP) yang dipublikasikan Badan
Pusat Statistik (BPS) dalam dua bulan terakhir sedikit mengkhawatirkan. Pasalnya,
sepanjang periode Januari 2012-Februari 2012, BPS mencatat: nilai NTP terus
merosot. Ini merupakan indikasi, tingkat kesejahteraan petani dan nelayan negeri ini─yang
sebagain besar hidup di bawah garis kemiskinan─terus merosot dalam dua bulan
terakhir.
BPS mencatat, pada Januari 2012, nilai NTP sebesar 105,73,
mengalami penurunan sebesar 0,02 persen dibanding Desember 2011. Sementara itu,
pada Februari 2012, nilai NTP sebesar 105,10, mengalami penurunan sebesar 0,6
persen dibanding Januari 2012.
Jika ditelaah lebih jauh, penyumbang terbesar penurunan NTP
selama Januari dan Februari 2012 adalah Subsektor Tanaman Pangan (padi dan
palawija), Hortikultura, dan Perikanan (tangkap dan budidaya).
Ditengarai, penyebab penurunan tersebut adalah pendapatan petani
dan nelayan yang terus merosot, sementara pengeluaran mereka untuk konsumsi
sehari-hari serta biaya produksi dan penambahan barang modal justru terus
meningkat.
Diperkirakan, penurunan nilai NTP akan terus berlanjut dalam
beberapa bulan ke depan, menyusul keputusan pemerintah menaikkan harga BBM mulai
1 April nanti. Seperti pengalaman yang lalu-lalu, kenaikan harga BBM dipastikan
bakal memacu inflasi. Harga barang dan jasa akan tergerek naik. Bahkan ada
kecenderungan, harga-harga kebutuhan pokok sudah merangkak naik meskipun harga BBM
belum dinaikkan.
Dampak langsung
Para petani dan nelayan dipastikan akan terkena dampak
langsung kenaikan harga BBM. Pasalnya, dalam menjalankan aktivitas
sehari-sehari (bertani dan melaut) mereka menggunakan BBM. Naiknya harga BBM mengakibatkan ongkos produksi juga naik
sehingga berimbas pada menurunnya pendapatan yang bakal diterima oleh petani
dan nelayan.
Para nelayan tangkap, misalnya, selama ini sangat bergantung
pada solar untuk keperluan melaut. Untuk sekali melaut, secara rata-rata
dibutuhkan sekitar 10 liter solar. Itupun tidak ada jaminan bahwa hasil
tangkapan bakal mendatangkan untung.
Selama ini, harga solar yang dibayarkan nelayan bukan main
mahalnya karena telah berkali-kali berpindah tangan. Meskipun sejatinya, solar
yang mereka beli adalah barang subsidi. Jika harga BBM naik, dapat dipastikan
pendapatan yang bakal mereka terima dari hasil melaut akan berkurang karena
meningkatnya biaya produksi. Bahkan, ada kemungkinan mereka tak bisa melaut
karena tak mampu membeli solar.
Belum lagi ditambah dengan kondisi cuacu ekstrim yang kerap
terjadi belakangan ini yang menjadikan mereka tak bisa melaut, bahkan tidak
sedikit di antara mereka harus meregang nyawa karena ganasnya amukan gelombang
laut.
Statistik yang ada menunjukkan, saat ini ada sekitar 2,5
juta nelayan di Indonesai (KKP,2011). Mudah diduga, sebagian besar mereka
adalah nelayan kecil dan tradisional dengan kondisi kesejahteraan pas-pasan
alias miskin. Fakta yang ada menunjukkan, wilayah pesisir merupakan daerah
konsentrasi penduduk miskin alias kantong-kontong kemiskinan. Ini bisa disaksikan
secara langsung di sepanjang pesisir pantai utara (Pantura) Jawa.
Jumlah nelayan sebesar 2,5 juta sejatinya sudah terlalu
besar untuk saat ini, mengingat sumber daya ikan yang ada terus menurun. Jumlah
nelayan yang terlalu besar mengakibatkan kepadatan nelayan dan kapal ikan di
sejumlah tempat, seperti Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Makassar, dan Laut
Flores. Lebih dari itu, kepadatan kapal dan nelayan kerap memicu kelangkaan BBM
bersubsidi di sejumlah wilayah (Kompas.com, 05/01/2012). Jika harga BBM
dinaikkan, ada kemungkinan kelangkaan BBM bakal semakin sering terjadi.
Dampak tak langsung
Dipastikan, para petani dan nelayan juga akan terkena dampak
tak langsung dari kenaikan harga BBM, yakni meningkatnya harga kebutuhan pokok
sehingga pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari (biaya hidup) akan meningkat
pula. Kombinasi antara penurunan pendapatan dan kenaikan biaya hidup, sudah
barang tentu, bakal menjadikan tingkat kesejahteraan mereka kian terpuruk.
Karenanya, dibutuhkan kebijakan khusus terkait pemberian kompensasi
kepada mereka yang selain terkena dampak langsung, juga terkena dampak tidak
langsung dari kenaikan harga BBM, seperti para petani dan nelayan. Pemerintah
harus cermat. Dengan demikian, kesejahteraan mereka tidak semakin terpuruk
akibat kenaikan harga BBM. (*)
Data-data: BPS dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Komentar
Posting Komentar