Bagi sebagian orang, malam Takbiran dan Tahun Baru tidak akan seru jadinya jika tidak bermain kembang api dan petasan. Karena itu, tidak heran kalau pusat-pusat penjualan kembang api dan petasan selalu diserbu oleh para pembeli saat menjelang Lebaran dan Tahun Baru. Hal ini tentu merupakan berkah bagi para pedagang kembang api dan petasan, karena dapat dipastikan omzet penjualan mereka akan naik berlipat-lipat.
Anda mungkin tidak bakal menyangka kalau orang Indonesia ternyata menghabiskan setidaknya 2 triliun untuk membeli kembang api. Kembang api yang menghiasi langit kita saat malam Takbiran dan Tahun Baru mungkin relative murah. Harganya paling berkisar antara Rp 1.500 –Rp 30.000. Namun, karena bermain kembang api telah menjadi kebiasaan orang Indonesia di hampir seluruh pelosok Nusantara dan terjadi secara massive saat malam Takbiran dan Tahun Baru, uang yang dihabiskan untuk membeli kembang api ternyata tidak sedikit, tidak kurang dari 2 triliun (KOMPAS.com, 04/09/2011).
Angka 2 triliun tentulah cukup fantastis. Apalagi, uang sebesar itu hanya dihabiskan untuk membeli kembang api yang bunyi dan keliauan cahayanya hanya bisa dinikmati kurang dari satu menit. Dan dua triliun untuk kenikmatan sesaat−tidak lebih dari satu menit−tentulah suatu kemubaziran.
Terlepas nilai penjualan kembang api yang fantastis itu merupakan berkah bagi para pedagang kembang api, saya kira akan lebih bermanfaat jika sebagian uang yang dihabiskan untuk membeli kembang api itu dapat dinikmati oleh saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Jangankan untuk membeli kembang api, untuk makan sehari-hari saja mereka sudah kepayahan. Mungkin, mereka sedang dalam kedaan lapar kita memandangi kilauan cahaya kembang api yang menghiasi langit kita saat malam Takbiran atau Tahun Baru.
*****
Anda juga mungkin tidak tahu kalau uang sebesar 2 triliun adalah separuh dari anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk berbagai program jaring pengaman sosial (JPS) untuk rakyat miskin yang dikelola oleh Departemen Sosial, seperti Jamkesmas, PKH (program keluarga harapan), PNPM Mandiri, Raskin, beasiswa untuk orang miskin, dan beberapa program kesejahteraan sosial lainnya. Pada tahun 2011, dana yang dialokasikan untuk program-program ini hanya sebesar 4 triliun rupiah. Padahal, jumlah mereka yang merupakan target tidaklah sedikit. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010, jumlah mereka mendekati 70 juta orang. Dana 4 triliun untuk 70 juta orang tentu masih jauh dari cukup.
Kita sering mengkritik pemerintah perihal angka kemiskinan yang masih puluhan juta. Tetapi, kita sering lupa kalau upaya pengentasan kemiskinan bukanhanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi kita semua. Mewujudkan keadilan sosial di negeri ini adalah tanggung jawab kita bersama, karena Pancasila bukan hanya untuk pemerintah yang terlalu sibuk dengan urusan politik dan kepentingan partainya. Dan yang namanya keadilan sosial selamanya tidak akan pernah terwujud jika tidak ada kepedulian sosial di antara kita.
Komentar
Posting Komentar