Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu makanan pokok rakyat Indonesia selain beras dan jagung. Tanaman palawija ini telah dikenal dan dibudidayakan secara luas di hampir seluruh wilayah Indonesia. Selama lima tahun terakhir, produksi singkong Indonesia terus meningkat secara konsisten. Pada tahun 2011, bedasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi singkong nasional mencapai 24,08 juta ton.
[]
Statistik ini tentu sangat miris buat kita. Sepertinya isu kemandirian dan kedaulatan pangan yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah cuma slogan semata. Karena kenyataannya, untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri kita masih harus impor. Tidak hanya beras dan jagung, singkong pun harus kita impor.
Jika ditelaah lebih jauh, kebutuhan singkong dalam negeri sebenarnya sebagian besar ditujukan untuk bahan baku industri, bukan konsumsi (rumah tangga). Singkong memang salah satu bahan makanan pokok, tapi komoditas ini tidak seperti beras dan jugung, komsumsinya pasti sangat terbatas dan tidak terlalu tinggi. Sehingga, bisa saja kekurangan suplai komoditas ini di pasaran yang berujung pada impor terjadi bukan karena produksi dalam negeri yang tidak mencukupi. Tetapi karena faktor lain, seperti konektivitas petani dengan pihak industri (informasi asimetris antara petani dan pihak industri), dalam hal ini produksi singkong petani melimpah, tetapi mereka tidak tahu ke mana memasarkannya, padahal pihak industri membutuhkan. Atau juga, mungkin ada mafia yang bermain untuk memperoleh keuntungan, seperti yang terjadi pada sejumlah komoditas pangan lainnya.
Potensi untuk swasembada, bahkan ekspor sangat besar
Jika masalahnya adalah produksi yang kurang, potensi untuk swasembada bahkan ekspor sebenarnya sangat besar, jika saja ada keseriusan dari pemerintah. Untuk meningkatkan produksi singkong, pemerintah harus fokus pada perluasaan areal tanam dengan membuka lahan baru dan peningkatan produktivitas melalui penggunaan varietas unggul (singkong gajah misalnya). Potensi untuk meningkatkan produksi masih sangat besar terutama melalui perluasan areal tanam. Apalagi, tanaman palawija ini dapat tumbuh di suluruh wilayah Indonesia, di dataran tinggi maupun rendah.
[]
Potensi untuk memperluas areal tanam masih sangat tinggi, khususnya di luar Pulau Jawa. Selama ini, produksi singkong nasional sebagian besar dihasilkan di laur Jawa, dan ini masih sangat potensial untuk terus ditingkatkan. Sementara itu, untuk pulau Jawa strageti yang paling tepat untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui penggunaan varietas unggul. Perluasan areal tanam sangat tidak mungkin dilakukan. Karena di Jawa lahan pertanian semakin sempit akibat alih fungsi lahan untuk kegiatan non pertanian yang semakin pesat.
*****
Komentar
Posting Komentar