Ketika membaca sebuah tulisan di sebuah brosur fotokopian yang sedikit lusuh sekitar empat tahun yang lalu, kalau tidak salah tulisan itu berbunyi “Sekolah Tinggi Ilmu Statistik kembali memanggil putra dan putri Indonesia yang memiliki motivasi tinggi untuk didik menjadi ahli statistik....”(sejujurnya, saya masih ragu dengan bagian terakhir dari kalimat ini kawan, “menjadi ahli statistik”?) , saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bakal menjadi bagian dari sebuah kampus yang luar biasa, beradu pintar dengan teman-teman yang pandai nan cerdas dari seluruh Nusantara. Takdir Tuhan atas diri kita terkadang memang misterius dan unpredictable seperti halnya residual dalam pelajaran regresi. Kalau bukan karena STIS, sulit dibayangkan, seorang anak kampung dari sebuah pulau kecil nun juah di ujung tenggara Sulawesi seperti saya bisa berjumpa dan bersahabat karib dengan seorang Iskandar dari Medan. Teman-teman yang pernah belajar Geografi tentu tahu, kalau jarak antara Sultra dan Sumut
"Menulis adalah bekerja untuk keabadian"