Langsung ke konten utama

Tentang saya

Salam kenal

Pada subuh hari, tanggal 4 Juni 1986, bertepatan dengan tanggal 27 Ramadhan, pemilik blog ini lahir dengan nama Kadir di sebuah pulau kecil, nun di ujung tenggara Sulawesi, Pulau Muna namanya (masih Indonesia).

Saat kecil sempat bercita-cita ingin menjadi seorang Polisi Militer (PM). Namun, urung terwujud karena Tuhan menakdirkan untuk menjadi seorang 'kuli data'. Selepas SMA, sempat kuliah di Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, selama satu tahun di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA).

Pada tahun 2006, merantau ke Jakarta setelah diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Tamat STIS pada tahun 2010, dan langsung bekerja sebagai CPNS/PNS di Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia di Subdirektorat Statistik Tanaman Pangan di Jakarta.

Tertarik pada segala hal menyangkut persoalan ekonomi dan sosial, khususnya human development. Penyuka sepakbola yang tak pandai bermain bola. Karenanya, lebih suka menjadi penonton dan pengamat. Sejak SD telah menjadi fans setia The Blues (Chelsea).

Semenjak tinggal di Jakarta menjadi penikmat pecel lele/ayam. A book lover yang gila membaca. Dan karena gagal menjadi PM, kini bercita-cita menjadi seorang writer yang tulisannya dibaca banyak orang.

Demikian perkenalan singkat dari saya. Terima kasih sudah berkunjung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisakah R2 (baca: R kuadrat) Bernilai Negatif?

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kecocokan hasil estimasi sebuah model regresi linier dengan data yang dimodelkan, atau biasa disebut ukuran goodness of fit dari sebuah model regresi linier. Dengan lain perkataan, R2 menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang sebenarnya atau seberapa besar proporsi variasi variabel respon yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Ukuran ini dapat digunakan jika semua asumsi terkait residual telah terpenuhi. Bisakah R2 Bernilai Negatif? Pada dasarnya, R2 tidak pernah bernilai negatif, kecuali model regresi yang digunakan tanpa intersep. Jika model regresi yang digunakan tanpa intersep, maka R2 tidak bermakna meskipun bernilai positif. Kelemahan mendasar dari  R2 adalah nilainya yang selalu bertambah ketika dilakukan penambahan variabel bebas ke dalam model, meskipun variabel tersebut tidak begitu penting dalam menjelaskan variabel respon (tidak signifikan). Untuk mengatasi hal ini digunakan R

Kesalahan Spesifikasi Model: Penyebab dan Solusi

Dalam ekonometrika, ketika kita bekerja dengan model-model struktural, yakni model dimana hubungan antara variabel dalam model didasarkan pada suatu kerangka teori ekonomi, keselahan spesifikasi model kerap kali terjadi. Hal ini merupakan masalah serius yang sering terjadi pada penelitian yang menggunakan model ekonometrik, khususnya regresi, sebagai  alat analisis. Kesalahan spesifikasi menyebabkan model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk kepentingan analisis karena dapat menyesatkan ( misleading ). Sedikitnya,  ada dua gejala yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kalau model yang kita gunakan mengalami kesalahan spesifikasi. Dua gejala tersebut adalah sebagai berikut: 1.   Hasil running model menunjukkan tanda koefisien regresi yang merepresentasikan arah hubungan antara variabel  penjelas dan variabel respon berseberangan atau tidak sesuai dengan teori.  Meski tidak selalu merupakan gejala terjadinya kesalahan spesifikasi, kehadiran gejala ini me

Di Balik Penurunan Jumlah Petani Gurem

Hingga kini, kemiskinan di Indonesia masih menjadi fenomena sektor pertanian. Secara faktual, sebagian besar penduduk miskin tinggal di desa dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ditengarai, salah satu penyebab kemiskinan masih berpusat di sektor pertanian adalah penguasaan lahan pertanian oleh petani yang kian sempit. Skala usaha yang kecil mengakibatkan pendapatan dari kegiatan usaha tani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup meski kegiatan usaha tani yang dijalankan sebetulnya cukup menguntungkan. Alhasil, kesejahteraan pun begitu sulit direngkuh. Kemarin (2 Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis jumlah petani gurem hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (disingkat ST2013). Menurut BPS, petani gurem didefinisikan sebagai rumah tangga pertanian yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar. BPS mencatat, jumlah petani gurem pada Mei 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau sekitar 55,33 persen dari sekitar 26 juta rumah tangga