Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Konsep dan Definisi

Seandainya tak menjadi intsruktur nasional Survei Pendatapan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 (SPP-2013) di Hotel Grand Pujon, Kota Batu, seperti saat ini, barangkali saya tak bakal tahu jawaban yang tepat atas pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Bagi kita yang sering berkecimpung dalam dunia pengumpulan data, konsep dan definisi adalah dua kata yang tak as ing lagi. Begitu sering terdengar dan kerap kali terucap dari lisan kita. Tapi, pernah kita berpikir dan merenung apa sebetulnya makna yang tepat untuk dua kata yang tidak ada penjelasannya dalam buku pedoman pencacahan ini? Saya yakin, kita tak bakal mampu memberi penjelasan yang memuaskan bila ada orang--katakanlah petugas atau peserta pelatihan--yang iseng menanyakan makna dari dua kata ini, meski kita acap kali mengucapkannya secara lantang dan penuh percaya diri. Saya baru mengetahui makna dari konsep dan definisi secara jelas dan terang setelah menyimak pidato Kepala BPS Provinsi Jawa Timur, Pak Juosairi Hasbullah

Data, Surga, dan Neraka

Sembari mencengkram erat tepi podium, siang itu Kepala BPS Provinsi Jawa Timur tampak begitu emosional. Ayat dan hadits sesekali terlontar dari lisannya. Begitupula dengan kata dosa, surga, dan neraka. Pidato penulis buku "Tangguh dengan Statistik" itu lebih mirip khutbah jum'at ketimbang pengarahan kepada ratusan peserta pelatihan petugas Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Perta nian 2013 (SPP-2013). Untuk menggugah kesadaran para audiens tentang pentingnya statistik, ia sadurkan perkataan Florence Nightingale, " To understand God's thoughts we must study statistics, for these are the measure of His purpose ". Bahwa statistik bagian dari ma'rifat, ilmu untuk mengenal Tuhan. Sebagian pesarta tampak terkesima mendengarnya, sebagian lainnya tertidur pulas. Ia berusaha sepersuasif mungkin memengaruhi alam pikiran semua orang yang menyimak pidatonya. Mengajak mereka pada satu kesadaran dan persepsi yang sama: kegiatan pengumpulan data (survei) sangat pe

Perbedaan Jepang dengan Indonesia Soal Seks

Boleh dibilang, kini Jepang tengah mengalami krisis demografi (kependudukan). Hal ini tercermin dari sejumlah indikator kependudukan negara tersebut. Menurut data   Biro Statistik Jepang, pada 2012, angka kelahiran kasar (CBR) di negeri Sakura hanya sebanyak 8,39 kelahiran per 1.000 penduduk. Sementara itu, angka kelahiran total (TFR) hanya 1,39  atau satu anak per wanita. Karena itu, tidak mengherankan bila jumlah penduduk Jepang tumbuh negatif, yakni sebesar -0,077 persen per tahun. Itu artinya, jumlah penduduk Jepang terus berkurang dari tahun ke tahun sehingga memunculkan kekhawatiran—yang mungkin sedikit berlebihan—bahwa bangsa Jepang bakal punah di masa mendatang bila kondisi seperti ini terus berlanjut. Nampaknya, penyebab sangat rendahnya angka kelahiran di Jepang—sehingga berakibat pada pertumbuhan penduduk yang negatif—adalah keengganan untuk memiliki anak pada sebagian besar wanita Jepang. Keengganan ini dipicu oleh mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan yang me

Pola Konsumsi Orang Indonesia

Suatu ketika, seorang kawan yang bekerja di Kementerian Pertanian melontarkan pertanyaan mengenai harga kerupak kaleng dan sebiji telur ayam kepada saya. Dari pertanyaannya, saya baru sadar: harga dua bongkah kerupuk kelang ternyata lebih mahal dari sebiji telur ayam. Sekedar merinci buat Anda yang tak percaya, harga sebongkah kerupuk kaleng saat ini Rp1.000, sementara harga sebiji telur ayam sebesar Rp1.500. Jadi, harga dua bongkah kerupuk kaleng lebih mahal Rp500 dibanding harga sebiji telur ayam. Padahal, dari segi kandungan gizi, jangankan dua bongkah, sekarung kerupuk pun kandungan gizinya jauh lebih rendah—bahkan, boleh dibilang nihil—bila dibandingkan dengan sebiji telur ayam. Begitulah faktanya, kerupuk mendapat tempat yang lebih istimewa dalam pola konsumsi orang Indonesia ketimbang telur ayam. Bagi banyak orang Indonesia, bukan makan namanya bila tanpa kerupuk. Di lain waktu,  seorang kawan pernah bertutur,  boss -nya yang baru pulang dari Singapura mengaku begi