Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Ahok Suka Data BPS

Virus Jokowi-Ahok terus mewabah. Keduanya membuat publik terkagum-kagum dengan sejumlah gebrakan yang tak biasa. Publisitas tentang pasangan ini di ruang publik (media) pun seperti tak ada habisnya. Selalu dinanti, seolah hanya ada satu provinsi di negeri ini: DKI Jakarta. Ibarat berita tentang selebriti kondang, berita Jokowi-Ahok sangat laku dijual oleh media, ratingnya bagus kerena memang perhatian publik sedang tersedot oleh keduanya. Penyebabnya sederhana, publik negeri ini sudah lama rindu kehadiran sosok pemimpin yang merakyat dan mau turun langsung ke lapangan untuk mendengarkan keluh kesah rakyatnya, mau bekerja dan tak hanya bisa mengumbar janji, serta tegas dan cepat dalam menyelesaikan masalah. Pasangan Jokowi-Ahok ibarat oase di tengah gersangnya padang pasir, pemuas dahaga publik akan kehadiran sosok pemimpin dengan tipikal yang mampu memenuhi ekspektasi mereka yang sudah muak dengan kebanyakan pemimpin negeri ini, yang hanya bisa  omong doang  dan membangun j

ST2013: Pastikan Anda Terdata

Dalam penutupan acara Pelatihan Instruktur Nasional Pencahahan Lengkap Sensus Pertanian 2013 (ST2013) di Jakarta, Jumat (23/11), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Suryamin, menyebutkan bahwa hasil ST2013 selain akan digunakan oleh para perumus dan pengambil kebijakan terkait pembangunan di sektor pertanian, juga akan digunakan oleh berbagai institusi pendidikan (universitas) sebagai bahan kajian yang sangat berharga.  Data yang dihasilkan nantinya dapat diakses dan dimanfaatkan para mahasiswa pascasarjana (program magister dan doctoral) di bidang pertanian dalam penulisan tesis atau disertasi sehingga dapat diperoleh rekomendasi-rekomendasi penting bagi pembangunan sektor pertanian dalam sepuluh tahun ke depan. Karena itu, ST2013 dipatok harus menghasilkan data pertanian yang akurat. Jika dibandingkan dengan sensus-sensus pertanian yang telah dihelat sebelumnya, apa yang disampaikan Kepala BPS di atas, boleh dibilang, merupakan terobosan baru -selain peny

Membangun Negeri Dengan Data

Pagi itu, sehari menjelang ulang tahun negeri ini yang ke-67, dari balkon gedung DPR, dengan mimik serius, Abel Lesu Mau (Abel) sedang menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan Presiden SBY dalam pidato kenegaraannya. Hari yang sungguh istimewa bagi Abel, untuk pertama kalinya, lelaki paruh baya asal Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini menginjakkan kaki di Senayan dan bertandang ke gedung DPR. Abel memang pantas bangga. Pasalnya, hari itu dia hadir sebagai salah satu teladan nasional bersama puluhan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) berprestasi lainnya dari seluruh Indonesia. Buah dari pengabdiannya selama 15 tahun sebagai petugas pengumpul data. Senyum tipis pun tersungging di bibirnya tatkala pidato SBY yang berapi-api pagi itu sampai pada kalimat: "...ekonomi kita tetap tumbuh. Kita dapat bertahan terhadap krisis dunia. Fundamental ekonomi makin kuat, fiskal kita relatif terjaga, dan kemiskinan serta pengangguran berkurang.  Kenyataan ini sung

Obama dan Pendidikan Indonesia

Suatu tempo, dalam sebuah pertemuan kala melawat ke Amerika Serikat (AS), Jusuf Kalla (JK) pernah ditanya tentang gambaran kondisi pendidikan di Indonesia. Dengan percaya diri JK menjawab, "Very good . Bayangkan, seorang lulusan sekolah dasar dari negara kami bisa menjadi presiden (Barack Obama) di negara Anda." Para audiens pun tersenyum kecut mendengar jawaban JK. Beberapa waktu lalu, Barack Obama yang sempat mengenyam pendidikan SD di Indonesia itu kembali dipercaya oleh rakyat Amerika sebagai presiden. Harapan untuk mengembalikan kejayaan AS yang tercabik-cabik oleh hantaman badai krisis ekonomi kembali disandarkan padanya. Sebagai orang Indonesia, kita tentu bangga dengan capaian Barry (demikian Obama kecil disapa) yang sempat menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Kemenangannya telah mencatatkan sejarah manis: bahwa bekas murid sebuah SD kecil di daerah Menteng pun bisa menjadi  presiden, bukan sembarang presiden, tapi presiden sebuah negara besar nan hebat se

Galau Data Perberasan

Malam itu, dibalut dinginnya Kota Bandung, dengan mimik wajah yang tampak risau seorang pejabat sebuah instansi pemerintah memaparkan data produksi padi-beras di depan para peserta workshop. Dia curhat soal rendahnya kepercayaan berbagai pihak terhadap data produksi padi-beras yang dihasilkan selama ini. Dengan mengulang-ngulang kata galau dalam paparannya, pejabat itu menyebutkan bahwa saat ini Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pun sudah tak lagi percaya dengan data produksi padi-beras yang beredar di ruang publik. Anggota dewan yang terhormat pun demikian halnya: juga tak lagi percaya. Kalau anggota parlemen sudah tak percaya, tentu bahaya. Pasalnya, terkait fungsi legislasi yang disandangnya mereka punya keleluasaan untuk "mengotak-atik" undang-undang. Termasuk Undang-Undang No.16 Tahun 1997 tentang statistik. Sebetulnya, penyebab ketidakpercayaan terhadap data produksi yang ada selama ini sederhana: disasosiasi data

Cintaku Kandas Karena Penempatan

Hari ini, selembar undangan telah mampir di meja kantorku. Rupanya, seorang kawan, katakanlah Alpha, hendak menikah dalam waktu dekat.  Aku termangu-mangu kala memandangi lembar undangan yang sederhana itu. Seharusnya, nama seorang kawan nun jauh di ujung timur Indonesia, katakanlah Beta, yang tertulis di undangan itu mendampingi Alpha di pelaminan. Tak dinyana, ternyata tidak. Jodoh memang di tangan Tuhan. Belum lekang dari ingatanku, kala suatu malam menyaksikan Alpha melepas kepergian Beta untuk kembali ke perantauan di hari terakhir kunjungan Beta di Jakarta beberapa bulan lalu. Aku menyaksikan pemandangan itu dari balik jendela kosanku yang gelap, tanpa diketahui keduanya. Salam kegelapan. Sungguh pemandangan yang romantis sekaligus menyayat hati, mirip adegan dalam drama-drama Korea yang kerap ditonton Alpha saat jam kerja, di kantornya di Dr.Sutomo. Siapapun yang menyaksikan pemandangan malam itu pasti bakal menyimpulkan, betapa dalam cinta diantara kedua sejoli itu.  Ta

Ironi Negara Beras

Meskipun data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis lalu (1/11) menyebutkan bahwa produksi padi nasional tahun ini diperkirakan mencapai 68,96 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 43,44 juta ton beras (asumsi: angka konversi gabah ke beras sebesar 0.63), hal tersebut kenyataannya belum bisa menjamin bahwa tahun ini Bulog tidak kembali mengimpor beras meskipun dengan alasan hanya untuk sekedar berjaga-jaga jika harga beras sewaktu-waktu bergejolak (stabilisasi harga). Diketahui, pemerintah telah mengumumkan untuk kembali mengimpor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini (KOMPAS, 21 September 2012). Nampaknya, swasembada beras masih jauh dari harapan. Sejarah perberasan negeri ini memang menarik untuk diulas. Di tahun 1984, setelah berhasil merengkuh swasembada beras, Indonesia (Bulog) dengan mantap memutuskan untuk masuk ke pasar beras internasional. Keputusan itu menjadikan harga beras di pasar internasional terguncang keras: jatuh dari 250 dolar AS per