Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Paris Hilton: Steak Seharga Rp 600 Ribu Buat Si Bleki, dan Sedekah Rp 18 Juta Buat Pengemis Mumbai

Kehidupan sosialita Paris Hilton (Mbak Paris) memang selalu mengundang perhatian. Beberapa waktu yang lalu, kehadirannya di Pulau Dewata untuk menghadiri pembukuaan salon milik temannya menjadi soroton sejumlah media infotainment. Sejumlah pengalaman menariknya selama berlibur di Bali selalu menjadi headline. Mulai dari kekagumannnya terhadap Pulau Dewata yang dianggapnya sebagai surga, hingga kedermwananannya ketika memberi makan seekor anjing liar dengan sepotong steak mahal. Kekayaan sosialita pewaris tahta kerajaan bisnis Hotel Hilton ini memang selangit. Dan selama ini dengan kekayaannya itu, sosok Mbak Paris lebih dicitrakan dengan kehidupan glamor dan foya-foya. Jauh dari kesan dermawan atau sosok yang memiliki kepedulian sosial tinggi. Kasus penggunaan kokain yang menyeretnya pada 2010 lalu misalnya semakin memperkuat citra tersebut. Namun, siapa sangka di balik sosoknya yang glamor dan suka foya-foya, Mbak Paris ternyata juga adalah seorang yang sangat dermawan.

Memaknai Cinta

Memaknai Cinta Iva Kurniawati (25) adalah seorang perempuan biasa lagi baik-baik. Dia menikah dengan seorang laki-laki yang juga baik-baik dan penuh tanggungjawab, Hadi Kurniawan (26) namanya. Dari pernikahan keduanya yang sah nan penuh cinta, lahir seorang bayi cantik yang dinamai Nia Rahmatulilahiyah. Sebuah nama yang indah, menyiratkan sejuta harap dan doa dari Iva dan Kurniawan untuk buah hati mereka. Dan kelak, Nia yang baru berumur dua bulan itu bakal tahu keindahan makna di balik namanya yang sedikit kearab-araban itu. Takdir Tuhan memang tak bisa ditolak. Kebahagian keluarga kecil itu ternyata tak berlangsung lama. Hari itu (15/11/2011), rumah mereka di Jl Lontar dilalap api. Iva yang terjebak dalam kobaran api, memilih mati untuk melindungi buah cintanya dengan Kurniawan. Didekapnya Nia dengan penuh cinta hingga api berhenti berkobar. Dan akhirnya, Nia pun selamat dalam dekapan ibunya yang lemas tak bernyawa (Tribun News, 17/11/2011). Kisah seperti ini mungkin

Mitos atau Fakta: Kualitas Orang Malaysia Lebih Baik dari Orang Indonesia

Rabu lalu (2/11), badan PBB untuk urusan pembangunan,  United Nations Development Programme  (UNDP), merilis laporan indeks pembangunan manusia/ human development index  (IPM/HDI) dari 187 negera di dunia. Laporan itu menempatkan Indonesia pada posisi 124 dengan skor IPM sebesar 0,617. IPM merupakan indeks komposit, yakni gabungan dari indeks harapah hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan, yang menggambarkan tingkat kapabilitas dan kaulitas manusia suatu wilayah/negara yang tercermin melalui tingkat kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita. Dalam prakteknya, penghitungan IPM yang dilakukan UNDP melibatkan variabel-variabel berikut: angka harapan hidup ( life expectancy at birth)− kemungkinan umur yang bakal dicapai saat lahir, rata-rata lama sekolah ( mean years of schooling ), harapan lama sekolah ( expected years of schooling ), serta PDB per kapita dalam dollar PPP ( gross national income per capita ). Dengan skor IPM sebesar 0,617, itu artinya kualitas

Hasil Sensus Penduduk: Laki-laki Indonesia Enggan Menikah di Usia Dini

Anda tentu masih ingat dengan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2010 lalu (SP2010). Dua hari yang lalu (1/11), hasil lengkap cacah jiwa yang telah menghabiskan hampir 4 triliun duit negara, dan melibatkan sekitar 500 ribu petugas itu, telah dirilis. Jika Anda tertarik dan berkenan silahkan kunjungi laman berikut  http://sp2010.bps.go.id  untuk meilhat-lihat. Tulisan ini akan mengulas beberapa poin yang baru saja dirilis, yakni rata-rata umur kawin pertama, serta komposisi penduduk Indonesia menurut umur dan jenis kelamin yang tersaji dan diringkas dalam bentuk piramida penduduk. Rata-rata umur kawin pertama Umur kawin pertama merupakan variabel yang sangat penting dalam memengaruhi kesempatan hidup dan laju pertumbuhan penduduk. Hasil SP2010 menunjukkan   rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun (perhitungan  Singulate Mean Age at Marriage /SMAM). Kondisi ini semakin mendekati apa yang terj

Angka Produksi Padi: Jangan Ada Dusta di Antara Kita

Kemarin (1/11), Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis angka ramalan produksi padi terbaru. Angka yang baru ini disebut Angka Ramalan III (ARAM III), yang merupakan penyempurnaan ARAM II yang dirilis pada awal Juli lalu. Dengan dirilisnya ARAM III, ARAM II praktis tidak berlaku lagi. Hal ini penting untuk diperhatikan oleh pengguna data. Dengan angka terbaru tersebut, BPS memperkirakan, produksi padi tahun ini sebanyak 65,39 juta ton gabah kering giling (GKG)─lebih rendah dari ARAM II (68,06 juta ton). Itu artinya, produksi padi tahun ini diperkirakan turun sebanyak 1,08 juta ton atau 1,63 persen dibandingkan tahun 2010. Statistik ini nampaknya lebih realistis, mengingat gagal panen (puso) yang terjadi secara masif belakangan ini, khususnya di sejumlah sentra produksi padi nasional di Pulau Jawa, seperti Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Barat (Jabar), dan Banten. Jatim dan Jateng adalah dua provinsi yang paling berkontribusi terhadap penurunan produksi

Angka Kemiskinan: Seni Manipulasi Data, Tanpa Mengubah Angka

Tulisan ini merupakan pengalaman kawan saya, yang sering mengikuti rapat dengar pendapat tentang kemiksinan dengan para anggota dewan yang katanya ‘terhormat’, yakni Komisi XI DPR-RI. Sepanjang periode 2004-2011, angka kemiskinan secara umum menunjukkan tren yang terus menurun. Selama periode ini, hanya sekali BPS mencatat terjadi lonjakan penduduk miskin, yakni pada tahun 2006. Lonjakkan penduduk miskin di tahun 2006 disebabkan oleh keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBM kala itu. Keputusan tersebut memacu inflasi dan menjadikan harga beras, komoditas yang perannya paling dominan dalam pembentukan garis kemiskinan (34 persen), melambung tinggi. Hasilnya, jumlah orang miskin naik sebanyak 4,2 juta orang dibanding tahun 2005. Lonjakkan penduduk miskin saat itu sebenarnya bisa lebih tinggi lagi, jika pemerintah tidak meluncurkan program  cash transfer  berwujud Bantuan Langsung Tuniai (BLT) untuk menjaga daya beli penduduk hampir miskin ( near poor )─mereka yang n

Hari Ini, Populasi Dunia 7 Miliar Jiwa

Hari ini, PBB memperkirakan populasi dunia telah menyentuh angka 7 miliar jiwa. Statistik yang boleh dibilang fantastis jika dibandingkan dengan kondisi 100 tahun yang lalu, dimana populasi dunia kala itu hanya mencapai 1,65 miliar jiwa. Itu artinya, dalam satu abad terakhir, populasi dunia telah bertambah sekitar empat kali lipat. Dari sisi sebaran, sebagian besar populasi dunia terkonsentrasi di Asia. Diperkirakan, sekitar 4,2 miliar atau 60 persen populasi dunia terdapat di Asia, dengan China dan India sebagai penyumbang populasi terbesar. Populasi China saat ini diperkirakan mencapai 1,3 miliar jiwa, sedangkan India diperkirakan mencapai 1,2 milayar jiwa. Sebetulnya, populasi dunia hari ini bisa mendekati 8 miliar jiwa, jika China tidak menerapkan kebijakan pembatasan kelahiran yang dikenal dengan  one child policy  atau kebijakan hanya satu anak untuk satu keluarga sejak 30 tahun lalu. One child policy  yang diterapkan Cina sejak 25 Septemebr 1979 telah berhasil